Al Andalus
Kutipan dari Tafsir Al Azhar Vol 4 hal 2460[1] :
Thariq bin Ziyad telah membawa angkatan perang Islam pertama melalui Jabal Thariq memasuki semenanjung Iberia, tanah Andalusia.
Sampai 700 tahun lamanya orang Islam memancangkan peradaban di negeri itu.
Setetapi setelah itu, jatuh pamornya, hancur kekuasaannya. Raja Abu Abdillah, Raja Bani Ahmar yang memerintah di Granada yang terakhir, meratapi kedaulatannnya yang hilang ketika terpaksa meninggalkan negeri itu. Bukit tempat ia meratap itu disebut sekarang "Airmata Arab yang terakhir".
Kejatuhan bangsa Arab Spanyol itu ialah sebagian besar karena perpecahan sesama sendiri, yang satu memfitnah yang lain. Ada yang lebih suka mengambil muka kepada Kerajaan Kristen Spanyol yang baru tumbuh. Raja-raja Spanyol Castille dan Aragon menundukkan satu Amir Islam di satu negeri, dengan dibantu Amir Islam yang lain.
Kutipan dari jurnal Historia Madania[2], membahas Amir Barcelona dan Walikota Zaragoza yang meminta bantuan kepada Charlemagne untuk melawan Abdurrahman I Ad Dakhil dari Dinasti Umayyah II.
Aliansi penguasa Muslim Andalusia yang memerintah atas nama Dinasti Abbasiyah mulai khawatir dengan Abdurrahman I "Ad Dakhil", pendiri Dinasti Umayyah II. Sulaiman ibnu Al A'rabi, seorang Amir Abbasiyah di Barcelona dan Girona, bersama sekutunya, Al Husain ibnu Sa'aad, walikota Zaragoza, datang kepada Charlemagne. Mereka mengusulkan adanya aliansi militer. Sebagai balasannya, mereka menjanjikan Andalusia Utara sebagai basis pertahanan tentara Franka. Kedua amir tersebut memperbolehkan bangsa Franka untuk menanamkan pengaruh di Zaragoza dan Barcelona.
Musim panas 778, Charlemagne mengerahkan dan memimpin sendiri pasukannya melewati pegunungan Pyrenees dengan kekuatan sebanyak 25.000 kavaleri dan infanteri. Ia kemudian membagi dua pasukannya. Sebagian ia pimpin sendiri, sebagian ia serahkan kepada panglima perang Franka bernama Bernhard.
Sesampainya di Zaragoza, ketika hendak masuk dan bertemu Gubernur Husain ibnu Sa'ad sebagai sekutunya dari orang Islam, Charlemagne justru ditelantarkan. Husain menutup gerbang kota Zaragoza dan memilih bertahan di dalam benteng. Ia berubah pikiran. Keraguan itu muncul setelah ia mengetahui bahwa setiap yang berkolaborasi dengan Charlemagne kelak akan dimasukkan di bawah dominion Kerajaan Franka.
Husain mendapat berita bahwa di Cordoba, Abdurrahman Ad Dakhil telah menyiapkan pasukan yang lebih besar. Untuk membendung Charlemagne, Abdurrahman memimpin sendiri pasukan sebesar 400.000 orang. Atas tindakan itu, Charlemagne memerintahkan pasukannya untuk mengepung Zaragoza. Kurang lebih satu bulan pengepungan itu dilakukan tanpa hasil yang jelas. Charlemagne terpaksa pulang, karena ada masalah di dalam negeri, yang disebabkan oleh pemberontakan orang-orang Saxon yang dulu pernah ditaklukkannya.
Dalam perjalanan pulang, Charlemagne kembali mendapat masalah. Ketika mereka melewati wilayah Pamplona, penduduk setempat menolak mereka untuk mendirikan tenda peristirahatan musim dingin. Orang-orang Pamplona ini adalah suku yang telah lama merdeka, tidak pernah dikuasai oleh bangsa Slavia, Muslim ataupun Germanik.