Demak

From   
Revision as of 14:38, 26 May 2021 by Altilunium (talk | contribs)

Kerajaan Islam pertama di Jawa [1]. Didirikan oleh Raden Patah, anak Raja Brawijaya V (Raja Majapahit).

Pendirian

Pada saat itu, penyebaran Islam sudah mulai berlangsung di pusat-pusat perdagangan pantai utara Jawa, bahkan sampai ke pusat ibukota Majapahit [1] Melihat keadaan ini, Raden Patah memutuskan untuk mendirikan pesantren di Glagah Arum, Bintoro, Demak. Setelah tiga tahun berjalan, pesantren tersebut semakin ramai, hingga dapat memajukan perekonomian wilayah di sekitar pesantren. Ayah Raden Patah, Brawijaya V (Raja Majapahit) merasa bangga atas prestasi anaknya dalam mengembangkan wilayah tersebut. Raden Patah diberi gelar oleh Raja Majapahit sebagai Patih Natapraja, dengan pusat kekuasaan di Bintoro, Demak. Dengan pengangkatan ini, Demak resmi menjadi vassal Majapahit,pada sekitar tahun 1478 [1].

Pada sekitar tahun 1500, Demak memutuskan hubungan sebagai vassal dari Majapahit. Raden Patah memproklamasikan berdirinya Kesultanan Demak. Raden Patah menjadi sultan pertama dengan gelar "Sultan Akbar Al Fatah Amirul Mukminin, Senopati Jimun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama". Menanggapi proklamasi ini, para patih di pantai utara Jawa, umat muslim, dan para Wali Songo ikut mendukung berdirinya kesultanan baru ini.

Ekspansi wilayah

Demak berhasil menguasai Mataram (Pengging), pusat kekuasaan Hindu di Jawa. Setelah itu, Demak berfokus ke arah Jawa Barat dengan mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Syarif Hidayatullah (Fatahillah), seorang ulama dari Pasai.

Fatahillah berasal dari Pasai. Ia berangkat ke Makkah untuk melaksanakan Haji. Ketika ia kembali pulang, Pasai telah dikuasai Portugis. Oleh karena itu, ia tidak pulang ke Pasai, melainkan pindah menetap di Demak. Di Demak, ia aktif menjadi pengajar Islam. Karena aktivitas mengajarnya ini, ia mengenal Sultan Trenggono, hingga menikahi adik perempuannya Sultan Trenggono.

Pasukan Fatahilah berhasil menguasai Cirebon dan Banten pada 1526[1]. Setelah itu, pasukan Fatahillah berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa pada tahun 1527. Demak juga berusaha melawan Pajajaran, karena Pajajaran bersekutu dengan Portugis waktu itu.

Setelah menguasai beberapa daerah di Jawa Barat, Sultan Trenggono mengangkat Fatahillah sebagai penguasa di Jawa Barat, dengan Banten sebagai pusat. Demak kemudian mengalihkan fokus ke arah Jawa Timur : Blambangan, Panarukan dan Girindrawardhana (perebut takhta Majapahit). Sultan Trenggono secara langsung memimpin pasukannya ke Jawa Timur. Ia berhasil merebut Blambangan. Namun, ketika ia hendak melanjutkan perjalanan untuk menyerang Panarukan, ia dibunuh oleh pengawalnya sendiri di Pasuruan.

Hubungan

Demak bersekutu dengan Aceh untuk melawan Portugis di Malaka pada 1511. Dua serangan telah dilakukan pada tahun 1512 dan 1521, namun gagal.

Pangeran Samudra dari Banjarmasin meminta pertolongan Demak untuk melakukan mediasi konflik antara Pangeran Samudra (Banjarmasin) dan Pangeran Tumenggung. Demak bersedia membantu, hingga sampailah kesepakatan bahwa Pangeran Tumenggung mengakui Pangeran Samudra.

Penguasa

Referensi

  1. 1.0 1.1 1.2 1.3 Abdul Wahid Hasyim (2021) "Demak Sultanate : The Fortress of Islamic Greatness in the Middle Age Java Island" Buletin Al Turas Vol 27 No 1 pp 1-16