LAPAN

From   
Revision as of 09:12, 19 November 2023 by Altilunium (talk | contribs) (Created page with "=== Antena S-X Band di Pusat Teknologi Satelit Lapan, Rancabungur === {{Cquote|Penguasaan teknologi persatelitan dirintis dengan rancang bangun satelit mikro LAPAN TUBSat (LAPAN A1) yang meluncur pada 2007. Kemandirian perekayasaan satelit dicapai pada pembuatan LAPAN A2 dan A3. Pengembangan satelit mikro ini akan berlanjut sampai generasi A5 bermuatan sistem radar. Satelit Seri A ini masih eksperimental. Setelah tahun 2022, Lapan akan mengarah pada pembuatan satelit mik...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)

Antena S-X Band di Pusat Teknologi Satelit Lapan, Rancabungur

Penguasaan teknologi persatelitan dirintis dengan rancang bangun satelit mikro LAPAN TUBSat (LAPAN A1) yang meluncur pada 2007. Kemandirian perekayasaan satelit dicapai pada pembuatan LAPAN A2 dan A3. Pengembangan satelit mikro ini akan berlanjut sampai generasi A5 bermuatan sistem radar. Satelit Seri A ini masih eksperimental. Setelah tahun 2022, Lapan akan mengarah pada pembuatan satelit mikro yang operasional untuk tujuan komersial, yang diharapkan terlaksana dengan terbitnya peraturan presiden yang baru tentang penerimaan negara bukan pajak.

Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan hal itu pada peresmian antena S-X band Pusat Kontrol Misi di Pusat Teknologi Satelit Lapan, Rancabungur, Bogor, pada Selasa, 3 April 2018. Antena ini diresmikan Kepala Lapan; Dirjet Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimyati; dan wakil Komisi VII DPR, Nawawi Saleh.

Antena full motion berdiameter 11,28 meter ini terbesar di Indonesia. Antena ini terintegrasi dengan bangunan pusat pengendali misi satelit di Lapan. Antena tersebut bisa menerima dua frekuensi S dan X serta melakukan transmisis pada frekuensi S. Sejauh ini, antena S-X band tersebut diimpor dari AS. Menurut Wahyudi, peneliti di Pusat Teknologi Satelit, pihaknya mampu membuat peranti lunak aplikasi untuk pengoperasian antena ini. Antena itu bisa mengunduh data muatan satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB berupa data gambar.

Komersialisasi layanan bidang persatelitan ini tak hanya untuk perancangan dan pembuatan satelit bagi industri nasional, namun juga untuk pengendalian orbit satelit asing memakai stasiun Bumi milik Lapan. Peluang kerja sama pengendalian satelit dengan asing datang dari India yang akan mendaratkan wahana ruang angkasanya di Bulan. Swedia dan Norwegia pun tertarik memanfaatkan antena itu untuk mengendalikan satelit.

Pada acara itu, Lapan menandatangani nota kesepahaman dengan Telkom, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Syiah Kuala, Surya University dan Universitas Bandar Lampung. kerja sama itu meliputi pengembangan satelit nano dan mikro berorbit rendah dan pemanfaatan datanya. "Dengan Unsyiah di Banda Aceh, akan dirintis pembangunan stasiun pengendalian satelit," kata Kepala Bidang Diseminasi Pusat Teknologi Satelit, Wahyudi Hasbi.

Pengoperasian satelit mikro saat ini jadi pilihan banyak negara karena biaya pembuatan dan peluncurannya di orbit rendah yang lebih murah dibanding satelit menengah dan besar di orbit geostasioner. Jika stasiun berbobot 500 - 1.000 kilogram butuh biaya Rp 1,5 triliun, satelit mikro di orbit rendah butuh Rp 100 miliar - Rp 200 miliar.

Satelit mikro ini digunakan untuk layanan sambungan komunikasi. Penerapannya bekerja sama dengan PT Telkom. Menanggapi rencana itu, Ketua Asosiasi Satelit Indonesia, Hendra Gunawan, mengatakan, operator satelit di AS, Kanada dan Eropa mulai beralih ke orbit rendah untuk mengatasi kendala sambungan komunikasi dan meningkatkan resolusi gambar.
— Yun (4 April 2018) "Komersialisasi Satelit Mikro Dirintis" Kompas. hal 14