Pulo Mas

From   
Sebuah kota satelit ibu kota Jakarta di daerah Pulo Mas, sebelah timur Jakarta, sedang dirancang untuk dibangun. Dalam keterangan persnya, Presiden Direktur Yayasan Perumahan Pulo Mas Darussalam menjelaskan, di areal seluas 400 hektar itu akan dibangun 10.000 unit rumah yang mampu menampung sekitar 50.000 penduduk Jakarta. Pulo Mas juga akan dilengkapi pusat perdagangan, pendidikan, industri dan tempat rekreasi.
— JPE (14 Juni 2018) "Arsip Kompasdata : Pacuan Kuda Pertama di Pulo Mas - Kompas 14 Juni 1971" Kompas. Hal 15

Pacuan kuda

Salah satu tempat rekreasi yang dibangun adalah gelanggang pacuan kuda di atas tanah seluas 75 hektar. Modal untuk pembangunan tahap pertama telah tersedia Rp 150 juta. Pemda DKI membuka kesempatan kepada pihak swasta dan asing untuk bekerja sama membangun gelanggang pacuan kuda dan lapangan golf yang berada di sebelahnua.

Gelanggang tiga lajur itu butuh banyak kuda pacuan. Untuk mencukupi keperluan itu, pemerintah pusat telah menyetujui impor kuda pacuan dari Australia yang nantinya akan dikembangbiakkan di Indonesia. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadiki5 optimistis, berkaca pada pengalaman Jepang yang pernah mengimpor 6.000 kuda pacuan, hingga berhasil mengekspor kuda pacuan setelah dikembangbiakkan.

Sabtu, 11 Juni 1971, untuk pertama kalinya Djakarta Racing Management menyelenggarakan pacuan kuda di Gelanggang Pacuan Kuda Pulo Mas. Sekitar 60 kuda pacuan dengan joki berpengalaman dari Australia bertarung dalam tujuh perlombaan untuk jarak 1.100 meter. Meskipun pembangunan stadion berkapasitas 50.000 penonton itu belum rampung, hal itu tidak mengurangi animo ribuan warga untuk menyaksikan lomba tersebut.

Sedangkan pada perlombaan yang akan digelar 21 Juni 1972, untuk menjaga mutu lomba, para joki akan didatangkan dari luar negeri dengan kuda pacuan jenis thoroughbred asal Australia. Mutu ini perlu dijaga agar dapat bersaing dengan lomba sejenis di Singapura dan Malaysia. Indonesia sendiri pada saat itu baru memiliki 20 joki yang sedang mengikuti pendidikan khusus untuk memperoleh sertifikat. Gaji tetap joki Rp 200.000 per bulan.
— JPE (14 Juni 2018) "Arsip Kompasdata : Pacuan Kuda Pertama di Pulo Mas - Kompas 14 Juni 1971" Kompas. Hal 15
Indonesia menantikan sertifikasi kawasan bebas penyakit kuda dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Sertifikat tersebut dibutuhkan agar Indonesia dapat menyelenggarakan kompetisi ketangkasan berkuda (equestrian) pada Asian Games 2018.

Presiden Direktur PT Pulo Mas Jaya, Bambang Mursalin, selaku penanggung jawab pembangunan Jakarta International Equestrian Park Pulomas (JIEPP), mengatakan, untuk mendapat sertifikat kawasan bebas penyakit kuda (EFDZ), Indonesia dan OIE perlu menganalisis dan mengevaluasi penyakit kuda yang pernah muncul di Jakarta dan daerah penyangga, yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

"Kalau ada sejarah penyakit kuda yang pernah muncul, kami harus mengatasi penyakit itu. Kami juga perlu memvaksi seluruh kuda di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Setelah itu perlu pemantauan selama enam bulan untuk memastikan penyakit tidak muncul algi," tuturnya pada kunjungan World Press Briefing di Jakarta, Selasa, 3 April 2018.

Bambang menjelaskan, OIE telah lima kali berkunjung ke Indonesia untuk melakukan analisis dan evaluasi terhadap penyakit kuda sejak akhir tahun lalu. Untuk mendukung sertifikasi, PT Pulo Mas Jaya juga menjaga agar arena terbebas dari penyakit lewat vektor, seperti nyamuk, lalat, dan tikus. PT Pulo Mas Jaya membangun fasilitas laboratorium dan obat-obatan serta memastikan tidak ada kuda liar dalam radius 1 kilometer, bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

Tantangan lain, jadwal kompetisi equestrian berbarengan dengan perayaan Idul Adha sehingga akan bermunculan tempat pemotongan hewan. "Pemerintah DKI Jakarta sudah melakukan sosialisasi ke kelurahan di sekitar sini untuk memastikan tidak ada pemotongan hewan kurban pada radius hingga 2 kilometer dari arena. Tempat penjualan hewan kurban juga akan digeser lebih jauh," ujar Bambang.

Bambang menuturkan, pihaknya menunggu sidang OIE di Paris, Perancis, Mei. Sidang itu membahas hasil analisis dan evaluasi penyakit kuda di Indonesia. Hasil sidang jadi penentu terbitnya sertifikat EFDZ.

Pembangunan arena ketangkasan berkuda Pulomas hampir selesai. Renovasi besar-besaran pada bekas Gelanggang Pacuan Kuda Pulomas itu berlangsung setahun. Empat lapangan, terdiri dari lapangan pemanasan, lapangan berkumpul, lapangan tanding, dan lapangan indoor di JIEPP telah selesai dibangun. Arena itu akan dipakai menggelar lomba nomor lompat rintangan, tunggang serasi, lintas alam, dan trilomba. JIEPP juga dilengkapi trek sepanjang 3,7 km untuk lomba lintas alam. Pada lahan seluas 35 hektar itu dibangun 166 istal kuda, klinik, dan bangunan empat lantai yang terdiri atas 91 tempat tinggal perawat kuda (groom dormitory). Kapasitas tribun mencapai 1.000 penonton, dengan ruang VIP menampung hingga 500 orang.

Pekerjaan yang masih diselesaikan adalah penataan kawasan dan bangunan tambahan untuk pengelolaan air. PT Pulo Mas Jaya juga menunggu pasir khusus untuk arena ketangkasan berkuda.
—DNA (4 April 2018) "Berkuda : Indonesia Tunggu Sertifikat Bebas Penyakit" Kompas. hal 30