Jump to content

Bima: Difference between revisions

32 bytes added ,  3 years ago
Line 27:
 
=== Kedatangan NICA dan Sekutu ===
Pada awal 1946, NICA mendarat di Sumbawa Besar. NICA memberitahukan kepada Sultan Bima agar menerima NICA dengan baik, tanpa perlawanan. Sultan melakukan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat, menghasilkan keputusan untuk menolak kedatangan Sekutu. Menanggapi keputusan ini, sebuah perundingan antara Bima dengan Sekutu dilaksanakan di atas kapal perang Australia yang berada di perairan Teluk Bima. Sultan diancam oleh pihak Sekutu sebagai tuduhan penjahat perang, sementara itu senjata penggempur sudah diarahkan ke Bima. Sultan tidak bisa berbuat apa-apa. Sekutu dan NICA masuk ke Bima, menangkap anggota TKR, laskar, anggota KNID dan para penduduk yang menolak kedatangan Sekutu dan NICA.
 
NICA akhirnya kembali berkuasa di Bima. Sultan Bima ditekan oleh Australia untuk menaati pemerintah Militer Jepang sebagai "pengamanan ketertiban umum". 8 Januari 1946, pasukan Jepang secara tiba-tiba mengepug markas API di Tente untuk menangkap semua yang berada disitu. Mereka dikumpulkan di pasar Tente untuk dihukum karena telah menyerang markas Jepang dan merampas senjata.
 
Van Mook, sebagai pejabat tertinggi Kerajaan Belanda di Indonesia mengundang kepala-kepala pemerintah Indonesia untuk mengadakan konferensi Malino. Van Mook membujuk penguasa daerah untuk memisahkan diri dari NKRI.
 
 
=== Bergabung dengan Republik Indonesia ===
Cookies help us deliver our services. By using our services, you agree to our use of cookies.