Umar bin Khattab

From   

Ejaan nama

Namanya menurut ejaan arab adalah عمر بن الخطاب ('umar bin al khatthaab)[1]. Hamka dalam Tafsir Al Azharnya menyebut beliau dengan ejaan Umar bin Khathab.[2] Ejaan ini mengorbankan huruf 'ain pada kata "Umar" dan tasydid pada huruf tha (ط) pada kata "Khathab". Sementara itu, ejaan yang paling populer di Indonesia adalah Umar bin Khattab. Ejaan ini mengorbankan huruf 'ain pada kata "Umar", mempertahankan tasydid pada "khattab", meskipun huruf "t" pada "khattab" dapat disalah artikan menjadi huruf ta (ت) yang seharusnya tha (ط). Halaman ini menggunakan ejaan Umar bin Khattab, karena ejaan ini cukup populer dan diterima di Indonesia, meskipun ada sedikit catatan pada proses transliterasinya.

Masa kekhalifahan

Hamka pada Tafsir Al Azhar surat Al Araf : 56[2] menjelaskan cuplikan peristiwa yang dialami Beliau ketika menjabat menjadi khalifah :

Pada suatu hari, Sayidina Umar bin Khathab, ketika menjadi khalifah, berjalan di pasar di kota Madinah. Tiba-tiba dilihatnya ada seorang orangtua yang sudah sulit berjalan, beringsut-ingsut, badannya bertongkat-tongkat. Dia meminta-minta derma, atas belas kasihan orang. Beliau memanggil orangtua renta itu. Ternyata seorang Yahudi. Maka bertanyalah beliau : "Wahai orangtua! Mengapa sudah sampai begini nasibmu?"

Orangtua itu menjawab bahwa dia tinggal sebatang kara di dunia, anak-anak tidak ada lagi yang akan membantu, sedang dia mesti membayar Jizyah setiap tahun. Maka untuk membayar Jizyah itu dia meminta-minta.

Terharu hati beliau mendengar perkataan orangtua itu. Lalu, beliau perintahkan kepada pegawai yang mengiringi beliau : "Hapuskan nama orang tua ini dari daftar orang yang wajib membayar Jizyah. Keluarkan dari Baitul Maal belanja hidupnya sampai dia meninggal"

Orangtua itu berlinang airmata mendengar keputusan demikian. Sayidina Umar pun berlinang airmata, sambil berkata "Tenaganya telah dihabiskannya buat kita di waktu mudanya, mengapa dia tidak merasakan pembelaan kita di waktu tuanya?"


Referensi